Minggu, 23 Februari 2020

Ada apa dengan rebon



Sore ini membuat aku gerah di rumah kontrakanku aku pun pergi keluar berencana membeli minuman dingin dan makanan ringan di warung sekitar rumah sembari mencari angin. aku pun menuju warung yang berjarak sekitar empat rumah itu,namun dari kejauhan aku melihat rolling doornya tertutup rapat. aku pun langsung memutar arah dan berjalan untuk mencari warung yang lain. aku teringat di belakang rumah menyusuri gang ada satu warung serupa,aku pun bergegas. saat aku melewati depan rumah tetanggaku seorang wanita tua yang sedang duduk menyendiri menyapaku dengan ramah
"mau kemana bang?"
"mau ke warung bu" jawabku dengan sumringah
sesampai di warung aku pun mengambil minuman dan cemilan. saat aku bayar sembari sang ibu pemilik dengan warung kelontong itu mengumpulkan kembalian. aku melihat sekitar dan aku melihat ada rebon sebungkus (anakan udang yang kecil kecil) dan aku pun bertanya 
"ini berapaan bu?"
"lima ribu" jawabnya
karna akhir-akhir ini semenjak kontrakan kami memiliki kulkas aku jadi sering memasak sendiri. 
masih dengan senyum sang ibu pemilik toko itu memperhatikan gelagatku. aku pun menyatakan untuk membelinya dan ibu itu sedikit seperti senyum terheran lalu berkata.
"masa ganteng-ganteng makan rebon" 
tesentak aku dalam hati "emang cuma yang gak ganteng doang yah yang boleh makan rebon"pikirku

Lalu aku pun berfikir lebih sederhana dengan cepat "mungkin sang ibu pemilik toko ini mengira aku untuk makan di cemilin langsung"
aku pun menjelaskan lebih dengan berkata
"Engga ini buat di masak kok bu"
"Oh masak apa ?" dengan wajah tak percaya
"Iya kaya nasi goreng atau tumis kangkung gitu"
"Oh gitu"dengan senyum 
aku pun menafsirkan senyum akhir nya adalah senyuman salut kepadaku. aku pun berlalu tak lupa mengucapkan terima kasih. 
sepanjang perjalanan aku memikirkan emang rebon gak boleh dimakan sama yang ganteng atau rebon merupakan makanan yang rasis sehingga ada pemisahan antara yang tampan dan tidak. ah sudahlah yang penting aku sudah ada rebon sekarang.
aku pun sampai rumah dan menuliskan ini di kamarku  .
23/02/2020
Pelabuhan Ratu

Farras,23Tahun


Senin, 13 Januari 2020

Berlayar dengan dua sahabat kecil





Pengalaman pelayaran terlama dengan rute Panjang,Bandar Lampung - Tanjung Priok,Jakarta. Perjalanan ini saat 30 Agustus 2016 dan baru ditahun 2020 ini baru dapat terealisasikan menjadi video dokumenter.

Penumpang kapal yang di dominasi oleh truk-truk besar. dikapal ini dengan membawa mobil pribadi cuma terlihat ada dua mobil termasuk kami.

Dalam sehari hanya ada 3x Keberangkatan Menuju Jakarta. Kami datang di Pelabuhan Panjang Jam 12 Dini Hari. Sampai disana pun Menunggu kapal bersandar dan kami baru naik kapal sekitar jam satu dini hari lalu berangkat sekitar pukul 04.00. kurleb 3 Jam untuk melakuka trimming kapal. karna benar benar muatannya adalah truk truk besar yang dimana setiap truk mendapat penambahan keamanan seperti tali khusus yang dikaitkan ke lantai deck kapal betujuan keseimbangan truk mencegah truknya jalan sediri hahaha

Kami pun sempat mengobrol dengan seorang sopir didalam kapal sana.
dimana mereka senang dengan adanya rute kapal Jakarta-Bandar Lampung (PP) dikarenakan untuk biaya lebih hemat. bisa tidur dan hemat kampas rem. serta terhindar dari pemalakan liar yang sering terjadi di jalan jalan baik oleh oknum berseragam maupun tidak berseragam
Bapaknyapun sempat berbagi pengalaman selama menjadi supir truk dari pengalaman lucu dan mistis